Rabu, 10 Mei 2017

Surat untuk Tuan

Tuan,
Bolehkah aku bersandar pada pundakmu yang lusu bekas tangisan
Bolehkah aku memejam mata ditemani rayuan tangan
Aku tak butuh balasan
Aku hanya butuh kamu diam
Mendengarkan segala apa resah dan amarahku
Kamu tak perlu menjawabnya
Cukup kamu mendengar isak dan gelak dari bibirku saja
Tuan,
Aku tau aku salah menjadikanmu tempatku mengadu
Karena aku bukan lagi sosok yang ada di siang dan malammu
Tuan,
Maaf jika aku hanya selalu mengganggu waktu yang sepantasnya bukan untukku
Aku terlalu hina untuk menjadikanmu tempat pulang padahal kamu rumah bagi gadis disana
Tuan,
Terimakasih kamu sudah meminjamkan pundak, bahu, dan telapak tangganmu
Jika aku bukan rumahmu, maka kamu adalah rumahku
Rumah yang akan senatiasa kudatangi untuk tinggal bukan singgah semata
Dan untuk kamu gadis diujung sana,
Semoga tuan menjadi selamanya rumah dan kamu sebagai selamanya tempat pulang

Aku bahagia meski kedatanganku tak pernah kau harapkan
Inilah suratku untuk tuan, dari yang semalam bersamamu hingga fajar datang


Ditulis oleh : Hastari Sukmawati / MIBM 2A

Senin, 24 April 2017

Setitik Rasa Berujung Lara


Aku sendiri
Diantara ratusan guguran bunga
Diantara hembusan nafas dan aroma senja
Aku sendiri
Tertunduk menyepi
Kehilangan separuh batin yang tersakiti
Aku sendiri
Terlarung lara dihempas asa
Diantara gemerlapnya fana
Aku sendiri
Menatap ciptaan-Mu dari sudut jemari
Serambi ku panjatkan doa semoga kamu bahagia
Aku sendiri
Menjadi saksi bisu dinginnya udara
Bersama lampu temaram di sudut kota
Aku bahagia
Jika batinmu tak lagi rasakan sengsara
Jika jiwamu kembali bersama yang kau sebut cahaya
Aku bahagia
Kala malam tiba semburat senyumu menjadi tawa
Kau ditemani cahaya yang tak hanya sesaat tiba
Jika saja aku boleh meminta
Semoga akan ada setitik asa untuk soonggok manusia ini rasakan bahagianya juga


Ditulis oleh : Hastari Sukmawati / MIBM 2A