Rabu, 10 Mei 2017

Surat untuk Tuan

Tuan,
Bolehkah aku bersandar pada pundakmu yang lusu bekas tangisan
Bolehkah aku memejam mata ditemani rayuan tangan
Aku tak butuh balasan
Aku hanya butuh kamu diam
Mendengarkan segala apa resah dan amarahku
Kamu tak perlu menjawabnya
Cukup kamu mendengar isak dan gelak dari bibirku saja
Tuan,
Aku tau aku salah menjadikanmu tempatku mengadu
Karena aku bukan lagi sosok yang ada di siang dan malammu
Tuan,
Maaf jika aku hanya selalu mengganggu waktu yang sepantasnya bukan untukku
Aku terlalu hina untuk menjadikanmu tempat pulang padahal kamu rumah bagi gadis disana
Tuan,
Terimakasih kamu sudah meminjamkan pundak, bahu, dan telapak tangganmu
Jika aku bukan rumahmu, maka kamu adalah rumahku
Rumah yang akan senatiasa kudatangi untuk tinggal bukan singgah semata
Dan untuk kamu gadis diujung sana,
Semoga tuan menjadi selamanya rumah dan kamu sebagai selamanya tempat pulang

Aku bahagia meski kedatanganku tak pernah kau harapkan
Inilah suratku untuk tuan, dari yang semalam bersamamu hingga fajar datang


Ditulis oleh : Hastari Sukmawati / MIBM 2A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar