Tuan,
Bolehkah aku
bersandar pada pundakmu yang lusu bekas tangisan
Bolehkah aku
memejam mata ditemani rayuan tangan
Aku tak
butuh balasan
Aku hanya
butuh kamu diam
Mendengarkan
segala apa resah dan amarahku
Kamu tak
perlu menjawabnya
Cukup kamu
mendengar isak dan gelak dari bibirku saja
Tuan,
Aku tau aku
salah menjadikanmu tempatku mengadu
Karena aku
bukan lagi sosok yang ada di siang dan malammu
Tuan,
Maaf jika
aku hanya selalu mengganggu waktu yang sepantasnya bukan untukku
Aku terlalu
hina untuk menjadikanmu tempat pulang padahal kamu rumah bagi gadis disana
Tuan,
Terimakasih
kamu sudah meminjamkan pundak, bahu, dan telapak tangganmu
Jika aku
bukan rumahmu, maka kamu adalah rumahku
Rumah yang
akan senatiasa kudatangi untuk tinggal bukan singgah semata
Dan untuk
kamu gadis diujung sana,
Semoga tuan
menjadi selamanya rumah dan kamu sebagai selamanya tempat pulang
Aku bahagia meski kedatanganku tak pernah kau harapkan
Inilah suratku
untuk tuan, dari yang semalam bersamamu hingga fajar datang
Ditulis
oleh : Hastari Sukmawati / MIBM 2A